Minggu, 09 Oktober 2011

Mobilitas dan Imobilitas

Mobilitas dan Imobilitas Share BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam bab ini akan dibahas tentang mobilitas dan imobilitas. Salah satu ilmu pengetahuan dan ketrampilan adalah mekanika tubuh, suatu istilah yang dgunakan untuk meggambarkan usaha dalam mengordinasikan system muskuloskeleta dan saraf. Mobilitas mengacu pada kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas. Imobilisasi mengacu pada ketidak mampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas. B. Tujuan Tujuan dari pembuatan paper ini adalah supaya mahasiswa lebih mengetahui tentang mobilitas dan imobilitas. Seperti mengekspresikan emosi dengan gerak nonverbal,pertahanan diri,pemenuhan kebutuhan dasar,aktivitas hidup sehari-hari, dan kegiatan rekreasi. BAB II ISI A. Pengertian Mobilitas dalam kamus kedokteran dapat di artikan sebagai daya gerak. Atau suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan tindak bergerak dengan bebas (Kasier, 1989). Sedangkan imobilitas keadaan individu mengalami ketidakmampuan / keterbatasan gerak fisik secara aktif akibat berbagai penyakit / impairment. Atau dapat di artika sebagai suatu keadaan tidak bergerak / tirah baring yang terus-menerus selama 5 hari / lebih akibat perubahan sindrom degenerasi fisiologis akibat menurunya aktivitas dan ketidakberdayaan. B.Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi: 1. Gaya hidup Gaya hidup seseorang sangat tergantung dari tingkat pendidikannya. Pengetahuan kesehatan tentang mobilitas akan menyebabkan seseorang melakukan mobilisasi dengan cara yang sehat. Contoh: gaya berjalan seorang ABRI akan berbeda dengan gaya berjalan seorang perawat. 2. Prosess penyakit dan Injuri Adanya penyakit tertentu yang diderita seseorang akan mempengaruhi mobilitasnya. Contoh : sesereorang yang patah tulang akan kesulitan untuk mobilisasi dengan bebas. 3. Kebudayaan Kebudayaan dapat mempengaruhi pola dan sikap dalam melakukan aktivitas. Contoh : seorang anak desa yang biasa berjalan kaki setiap hari akan berbeda mobilitasnya dengan anak kota yang biasa memakai motor dalam segala keperluannya 4. Tingkat Energi Untuk bermobilisasi diperlukan tenaga atau energi. Contoh : seseorang yang sedang sakit berbeda mobilitasnya dengan orang yanng sehat. 5. Usia dan Status Perkembangan Seorang anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilitasnya dibandingkan dengan seorang remaja. Anak yang selalu sakit dalam masa pertumbuhannya akan berbeda dengan kelincahannya dibandingkan dengan anak yang jarang sakit. C. Efek fisilogis dari perubahan mobilitas Apabila ada perubahan mobilisasi, setiap system tubuh beresiko terjadi gangguan. Tingkat keparahan tergantung pada umur klien dan kondisi kesehatan secara keseluruhan, serta tingkat imobilisasi yang di alami. a.) Perubahan Metabolik. Sistem endokrin merupakan produksi hormon sekresi kelenjar, mempertahankan dan mengatur fungsi vital seperti 1. respon terhadap stress dan cedera 2. pertumbuhan dan perkembangan 3. reproduksi 4. metabolisme energi b.) Perubahan sistem respirator. Klien pasca operasi berisiko tinggi mengalami koplikasi paru-paru. Komplikasi paru-paru yang paling umum adalah atelektasis dan pneumonia hipostatik. Pada atelektasis bronkiolus menjadi tertutup oleh adanya sekresi. c.) Perubahan Sistem Kardiovaskuler. Sietem kardiovaskuler juga dipengaruhi oleh imobilisasi. Ada tiga perubahan utama yaitu hipotensi ortostatik, peningkatan kerja jantung dan pembentukan trombus. d.) Peruabahan Sistem muskuloskeletal. Pada sistem muskuloskeletal meliputi gangguan mobilisasi permanen. Keterbatasan mobilisasi mempengruhi otot klien melalui kehilangan daya tahan penurunan masa otot, atrofi, dan penurunan stabilitas. Pengaruh lain dari keterbatasan mobilisasi yang mempengaruhi sistem skeletal adalah gangguan metabolisme kalsium danj gangguan metabolisme sendi. e.) Perubahan Eliminasi Urine. Eliminasi urine klien berubah oleh karena adanya imobilisasi pada posisi tegak lurus, urine mengalir keluar dari pelvis ginjal lalu masuk kedalam ureter dan kandung kemih akibat gaya gravitasi. Jika klien dalam recumbent atau datar, ginjal dan ureter membentuk garis datar seperti pesawat. Ginjal yang membentuk urine harus masuk kedalam kandung kemih melawan gaya gravitasi. D. Efek Psikologis dari Perubahan Mobilisasi Mobilisasi menyebabkan respons emosional, intelektual, sensorik, dan sosiokultural. Perubahan status emosional biasa terjadi bertahap. Bagaimana pun juga lansia lebih rentan terhadap perubahan-perubahan tersebut, sehingga perawat harus mengopserfasi lebih dini. Perubahan emosional paling umum adalah deperesi, perubahan perilaku, perubahan siklus tidur bangun dan gangguan koping. E. Fungsi Imobilitas Sebagai Program Terapi 1. Upaya mencegah terjadinya masalah akibat kurangnya mobilisasi. a. Perbaikan status gizi b. Mempertahankan posisi tubuh dengan benar sesuai dengan body aligment (stuktur tubuh) c. Melakukan perubahan posisi tubuh secara periodik (mobilisasi untuk menghindari terjadinya keterbatasan gerak tubuh). 2. Mengetahui Perubahan Perkembangan dari Bayi, anak usia pra sekolah dan sekolah,Remaja, Dewasa, Lansia. F. Tingkatan Imobilisasi 1. Fisiologis 2. Psikologis 3. Terapi BAB III PENUTUP Demikian makalah yang kami buat, mungkin makalah ini masih banyak kekurangan. Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat kami perlukan. A. Kesimpulan Pada sel yang merupakan penyusun terkecil makhluk hidup memepunyai siklus hidup. Pada siklus sel dapat dibedakan menjadi dua fase, yaitu fase pembelahan atau fase mitosis dan fase pertumbuhan atau interfase. Pada fase mitosis terjadi melalui empat fase yaitu : a. Profase b. Metafisis c. Anafase d. Telofase

Tidak ada komentar:

Posting Komentar